PATRIOT TARBIYAH - ENGKU LASYKAR

Engku lasykar  Harun dilahirkan pada Tanggal 1 Januari 1942 di Talau kenagarian Kudu Ganting kecamatan V Koto Timur Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat. Nama lengkapya adalah  Lasykar  bin Harun bin Abu Bakar. Ia dilahirkan dari rahim seorang ibu yang bernama Pik Intan bin Pakiah Jaho.

Engku Lasykar memilki beberapa saudara baik yang seibu maupun yang seibu seayah, di antaranya yang seibu adalah: Rustina, Caya Karani dan Burhanuddin. Sedangkan yang se ibu sebapak adalah: Lasmi, Bakri dan Rajuddin.

Istri Engku Harun ada dua orang, yaitu Nur'aini. Ia telah wafat. Dari istri pertama ini mereka dikaruniai 3 orang anak, yaitu: Fakhrizah, Fakhriyeti dan Rimzatil Fitriyah.

Istri keduanya bernama Bainar, mereka dikaruniai tiga orang anak yaitu: Husnil Mardhiyah, Zamratil Khaira dan Fadhilatul Husni.

Engku Lasykar Harun memulai pendidikan formalnya pada tahun 1960 di Sekolah Rakyat (SR), dan berhasil tamat pada tahun 1956. Di tahun 1957 ia melanjutkan pendidikan ke SMP sampai tahun 1959. Karena pada waktu  itu terjadi pergolakan PPRI di Sumatera Tengah, akhirnya ia menamatkan SMP pada tahun 1960.

Setamat dari SMP ia membantu orang tua saja dirumah, maklum dengan keadan keluarga ketika itu yang kurang bercukupan. Namun orang tuanya ingin anaknya terus belajar dan menganjurkannya untuk melanjutkan sekolah. Engku Lasyakar sangat senang dan memilih melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Dinul Ma’ruf di Sungai Janiah. Orang tuanya sangat setuju, dan  pada akhir tahun 1963 ia dimasukkan ke Pesantren itu.

Engku Lasykar menuntu Ilmu di Pondok tersebut bersama temannya yang bernama  Ramli Ismail dan Abu Zahar, keduanya adalah sekampung dengannya. Ketika sedang asyik-asyiknya belajar disana, seorang guru yang sangat dekat dengan mereka yaitu  Zainal Abidin Tuangku Bagindo pindah ke Malalo, sehingga hal tersebut bembuat mereka kurang bersemangat untuk belajar, karena mereka sangat senang belajar dengan guru tersebut yang mereka panggil guru tuo.

Engku lasykar berniat mengikuti gurunya tersebut ke Malalo, namun ia belum tau di mana itu daerah Malalo. Ketika berkumpul dengan teman-temannya, Abu Zahar mengusulkan untuk pergi saja ke Malalo, karena Abu Zahar pernah pergi ke Malalo dan katannya di Malalo banyak di pelajari berbagai bidang ilmu tidak seperti di Pondok Pesantren di Sungai Janiah yang saat  itu  hanya belajar satu  bidang  ilmu saja yaitu hanya Tafsir Jalalain saja, tapi di Malalo di pelajari kitab-kitab penting lainnya, seperti Tauhid, Fiqih, Tareh, Tashauf, Nahu dan Sharaf, Tafsir, Hadis, dan ilmu Mantiq serta Kitab-kitab lainnya yang berhubungan dengan keislaman.

Setelah mendengar cerita dari temannya, Engku Lasykar dan teman-tamannya ingin pindah dan menuntut ilmu disana, dan mengadukan keinginan mereka kapada buya pimpinan Pondok Pesantren Sungai Janiah yaitu buya Asirun Tuangku nan Panjang untuk mengabulkan keinginan mereka pergi ke Malalo, namun buya tidak mengizinkan karena buya telah berjanji kapada orang tua mereka agar nanti setelah keluar mereka dari Pesantern itu bergelar tuangku, karna janji itu buya pimpinan tidak mengizinkan mereka untuk pindah ke Malalo, namun akhirnya pimpinan Pondok Pesantren tersebut terpaksa mengizinkan mereka untuk pindah ke Malalo setelah mereka minta izin yang ke tiga kalinya bertepatan pada bulan Sa’ban.

Setelah mereka pergi dari pesantren Sungai Janiah, Engku Lasykar mintak izin kepada orang tuanya untuk menuntut ilmu ke Malalo, pada awalnya orang tua beliau tidak menyetujuinya, kerena keterbatasan biaya, namun tekatnya sangat kuat, Engku Lasykar terus membujuk orang tuanya untuk mengizinkannya mencari biaya sendiri untuk pergi ke Malalo. Dan akhirnya kedua orang tuanya mengizinkan.

Setelah mendapat izin dari orang tuanya, ia menceritakan keinginannya kepada masyarakat setempat, ketika itu akan memasuki bulan Ramadhan. Ia menawarkan menjadi Imam di bulan Ramadhan dan berharap mendapat bagian zakat Fitrah untuk menyambung sekolah. Ternyata banyak masyarakat yang mendukung keinginan tersebut, pada Idul Fitri ia mendapat tiga karung beras sebagai bekal berangkat ke Malalo.

Ketika PKI sedang bergolak di Indonesia, sesudah subuh hari Minggu 23 Februari 1965 Engku Lasykar berangkat ke Malalo. Ketika sampai di Malalo ia turun di simpang mesjid Nurul Huda pas saat mu’azin sedang mengumandangkan adzan  Maghrib. Keeesokan harinya ia langsung masuk sekolah, dan diterima pada kelas dua.

Karena waktu pembelajaran telah berlangsung setengah tahun, ia hanya setengah tahun duduk di kelas dua, lalu naik ke kelas tiga, dan pada tahun 1966 ia tamat dari kelas empat, lalu di lanjutkan  ke tingkat Aliyah tiga tahun pula, tahun 1969 ia tamat dari kelas tujuh.

Dan di tahun itu ia menemui buya Zakariya Labai Sati Pimpinan madrasah Tarbiyah Islamiyah Malalo bersama Orang tuanya untuk meminta izin agar bisa mengajar di Madrasah tempat ia menuntut ilmu tersebut, dan dengan senang hati Buya Labai Sati pun menyambut permintaannya tersebut dengan antusias yang tinggi. Dan akhirnya  pada tanggal 2 januari 1970  enggku Lasykar mulai mengajar di kelas dua.

Sumber:  http://ppti-malalo.blogspot.com/

1 komentar untuk "PATRIOT TARBIYAH - ENGKU LASYKAR"

Posting Komentar